LSD

Asam lisergat dietilamida (LSD) merupakan suatu narkotika halusinogen. Obat ini bersifat psikedelik dari keluarga ergolina.
Pemeriannya adalah sebagai berikut :
• Nama umum : LSD LSD-25; Diethylamide Asam lisergat.
• Rumus kimia : 9,10-Didehydro- N , N -diethyl-6-methylergoline-8 β –carboxamide.  C 20 H 25 N 3 O = 323,4.
• Sebuah zat kristal tak berwarna.
• Larut dalam air.
• LSD mudah terdegradasi dalam spesimen biologis ketika terkena cahaya atau suhu tinggi. LSD juga dapat mengikat wadah kaca dalam larutan asam.
• Konstanta disosiasi : pK a 7,5.
• Koefisien partisi : Log P (oktanol / air), 2.9.
• Strukturnya :

LSD pertama kali disintesis oleh Albert Hofmann pada tahun 1938 dari ergot, sebuah butir jamur yang biasanya tumbuh di rye. Bentuk LSD berasal dari pada awal nama kode LSD-25, yang merupakan singkatan untuk Lysergsäure “diethylamid-Jerman” diikuti dengan nomor urut. LSD sensitif terhadap oksigen, sinar ultraviolet, dan klorin, terutama di solusi. Dalam bentuk murni itu adalah tidak berwarna, tidak berbau, dan sedikit pahit. LSD biasanya disampaikan secara lisan, biasanya pada substrat seperti penyerap tinta kertas, sebuah kubus gula, atau gelatin. Dalam bentuk cair, juga dapat diberikan melalui suntikan intramuskular atau intravena. LSD sangat kuat, dengan 20-30 ug (mikrogram) adalah dosis ambang pemakaian LSD.
Diperkenalkan oleh Sandoz Laboratories (kini Novartis), dengan nama dagang Delysid, sebagai obat dengan berbagai penggunaan psikiatrik pada tahun 1947, LSD segera menjadi agen terapi yang nampak menimbulkan harapan besar.
LSD bersifat non-adiktif (tak menimbulkan ketergantungan) dan non-toksik (tak menimbulkan keracunan) dan banyak dikenal atas efek psikologisnya yang menyebabkan tertutup/terbukanya mata, perasaan distorsi waktu, kematian ego dan pergeseran kognitif yang dalam, serta berperan penting dalam kontrabudaya tahun 1960.
Dosis tunggal asam lisergat dietilamida berkisar antara 100-500 mikrogram. Jumlah tersebut hampir setara dengan 1/10 massa sebutir pasir.
Reaksi fisik pada LSD bervariasi dan tak spesifik. Gejala berikut telah dilaporkan: konstraksi rahim, hipotermia, demam, kenaikan kadar gula darah, tegaknya bulu roma, peningkatan curah jantung, cengkeraman rahang, perspirasi, midriasis (dilatasi pupil), produksi air liur dan lendir, suhad (rasa tak dapat tidur), hiperefleksia, dan tremor. Terdapat beberapa indikasi bahwa LSD dapat menimbulkan keadaan fuga disosiatif pada orang-orang yang mengkonsumsi beberapa jenis antidepresan tertentu seperti garam litium dan trisiklik.
LSD adalah senyawa kiral dengan dua stereocenters pada karbon atom C-5 dan C-8, sehingga secara teoritis LSD memiliki empat isomer optik berbeda. LSD, juga disebut (+) – D-LSD, memiliki konfigurasi mutlak (5 R, 8 R). C-5 isomer dari lysergamides tidak ada di alam dan tidak terbentuk selama sintesis dari asam D-lisergat. Retrosynthetically , di pusat kiral C-5 dapat dianalisis dan memiliki kiralitas sama karbon alfa dari asam amino biologis L- tryptophan, pendahulu untuk semua senyawa ergoline biosintetik.

Reaktivitas dan degradasi LSD
“LSD,” tulis ahli kimia Alexander Shulgin , “adalah molekul rapuh yang luar biasa.” [4] Ini stabil untuk waktu tak terbatas jika disimpan sebagai garam padat atau dilarutkan dalam air, pada suhu rendah dan terlindung dari udara dan paparan cahaya.
LSD memiliki dua proton sensitif tersier kiral pada posisi C5 dan C8 yang rentan terhadap racemisation. Proton C8 lebih labil karena menarik elektron-lampiran carboxamide, tetapi pemindahan proton kiral pada posisi C5 (yang sebenarnya pernah juga merupakan proton alfa dari molekul induk triptofan ) dibantu oleh-menarik nitrogen induktif dan pi delokalisasi dengan elektron cincin indol.
LSD juga memiliki enamina tipe reaktivitas-karena efek-sumbangan elektron dari cincin indol. Karena itu, klorin menghancurkan molekul LSD, bahkan meskipun klor air keran yang mengandung sejumlah kecil klorin, LSD larut dalam air keran kemungkinan akan sepenuhnya menghilangkan substansi. Ikatan rangkap antara posisi 8 dan cincin aromatik , yang terkonjugasi dengan cincin indol, rentan terhadap serangan nukleofilik oleh air atau alkohol, terutama di hadapan cahaya. LSD sering mengkonversi ke “Lumi-LSD”, yang sama sekali tidak aktif dalam diri manusia.
Studi tentang LSD dalam sampel urin. Konsentrasi LSD dalam sampel urin diikuti dari waktu ke waktu pada berbagai suhu, dalam berbagai bentuk wadah penyimpanan, di berbagai eksposur berbeda panjang gelombang cahaya, dan pada berbagai nilai pH. Studi-studi ini menunjukkan tidak ada kerugian yang signifikan dalam konsentrasi LSD pada 25 ° C sampai empat minggu. Setelah empat minggu diinkubasi, kehilangan 30% konsentrasi LSD pada suhu 37 ° C dan sampai dengan 40% pada 45 ° C diamati. Urin diperkaya dengan LSD dan disimpan dalam gelas amber atau kontainer polietilen transparan tidak menunjukkan perubahan dalam konsentrasi dalam segala kondisi cahaya. Stabilitas LSD dalam wadah transparan di bawah sinar itu tergantung pada jarak antara sumber cahaya dan sampel, panjang gelombang cahaya, waktu pemaparan, dan intensitas cahaya. Setelah kontak yang terlalu lama menjadi panas pada kondisi pH basa, 10 sampai 15% dari orang tua untuk iso diepimerisasikan LSD-LSD. UDalam kondisi asam, kurang dari 5% dari LSD dikonversi menjadi iso-LSD. Ini juga menunjukkan bahwa jumlah jejak ion logam dalam buffer atau urin dapat mengkatalisis penguraian LSD dan bahwa proses ini dapat dihindari dengan penambahan EDTA .

Ditulis oleh : Githa Destrian Lestari ; Misanti Noviana ; Pranita Dewi ; Yassie Yasmine

farmasi UNISBA

Ciri-ciri makanan yang mengandung formalin

Berikut ini terdapat beberapa ciri penggunaan formalin, walaupun tidak terlampau khas untuk mengenali pangan berformalin, namun dapat membantu membedakannya dari pangan tanpa formalin.

Ciri-ciri mi basah yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)
* Bau agak menyengat, bau formalin
* Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal

Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin:
* dak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)
* Tahu terlampau keras, namun tidak padat
* Bau agak mengengat, bau formalin (dengan kandungan formalin 0.5-1ppm)

Ciri-ciri baso yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
* Teksturnya sangat kenyal

Ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
* Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih
* Bau menyengat, bau formalin

Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
* Bersih cerah
* Tidak berbau khas ikan asin

Menurut Syamsiah (2003 : 45) bagian rimpang lengkuas mengandung atsiri 1%, kamfer, sineol minyak terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen kaemferida, galangan, galangol, kristal kuning dan asam metil sinamat. Minyak atsiri yang dikandungnya antara lain galangol, galangin, alpinen, kamfer, dan methyl-cinnamate. Zat-Zat kimia seperti fenol dalam minyak atsiri dalam rimpang lengkuas (Lenguas galanga l.) efektif digunakan sebagai pengganti formalin. Selain itu, tanaman tersebut mudah dibudidayakan dan untuk mendapatkannya tidak dibutuhkan biaya yang mahal. Maka dari itu,  penulis merancang penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Lengkuas (Lenguas galanga l.) sebagai Bahan Pengawet Pengganti Formalin

Disusun :

Muntahal Helmi ; Melki Susanto ;  Syafrison ; Ade Akbar Kurniawan ; Moh. Rizki Adriansyah ; Galih Purwa Saputra

Farmasi UNISBA

Pengaruh formalin terhadap tubuh

Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0.1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.

Kalau terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.

Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.

Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut
Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan resiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Di rumah sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodyalisis (cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda asidosis metabolik berat.

Disusun :

Muntahal Helmi ; Melki Susanto ;  Syafrison ; Ade Akbar Kurniawan ; Moh. Rizki Adriansyah ; Galih Purwa Saputra

Farmasi UNISBA

Rhodamin B

Rhodamin B

Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.

Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah – merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu 165⁰C.

Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen ( Subandi ,1999). Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.

Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.

Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl  yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.

Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.

Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin sendiri adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek toksik klorin berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada konsentrasi di atas 30ppm, klorin mulai bereaksi dengan air dan sel-sel yang berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit (HClO). Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air, meskipun reaksi klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan manusia, bahan-bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorit yang digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam renang pun berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia.

Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:

1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik.

2. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).

3. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.

4. Baunya tidak alami sesuai makanannya

5. Harganya Murah seperti saus yang cuma dijual Rp. 800 rupiah per botol

Disusun oleh : Devianti ; Sri Eli Lestari ; Iin Indrayani ; Vina Nur Syaidah

Farmasi UNISBA

Penggunaan MSG

Glutamat adalah salah satu dari 20 asam amino penyusun protein. Sebagai asam amino, glutamat termasuk dalam kelompok non esensial, yang artinya tubuh mampu memproduksi sendiri. Glutamat ada di setiap mahluk hidup baik dalam bentuk terikat maupun bebas. Glutamat sebagai asam amino no-essensial ditemukan pada tahun 1866 oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Prof Ritthausen yang berhasil mengisolasinya dari gluten (protein gandum).

Glutamat yang masih terikat dengan asam amino lain sebagai protein tidak memiliki rasa. Hanya jika glutamat yang dalam bentuk bebas memiliki rasa Umami (gurih). Dengan demikian, semakin tinggi kandungan glutamate bebas dalam suatu makanan, semakin kuat rasa Umaminya. Kadar glutamat dalam makanan bervariasi tergantung dari macam makanan, kondisi makanan (mentah atau matang) dan proses pengolahannya.

Glutamat bebas dalam makanan sehari-hari umumnya rendah, sehingga ketika memasak kita perlu menambahkan bumbu-bumbu yang kaya kandungan glutamat bebas agar cita rasa masakan menjadi lebih enak.

Makanan sehari-hari Glutamat bebas, mg/100g
Daging Sapi 10
Daging Ayam 22
Scallop 140
Kepiting Salju 19
Kepiting Biru 43
Udang Putih 20
Kol 50
Bayam 48
Tomat 246
Asparagus hijau 49
Jagung 106
Green Peas 106
Bawang Bombay 51
Kentang 10
Jamur 42

Tomat mentah yang berwarna hijau hanya mengandung 20mg/100g glutamat bebas dan setelah matang meningkat drastis menjadi 246mg/100g. Sementara air susu sapi yang hanya mengandung 1mg/100g glutamat bebas, setelah melalui proses enzymatik, fermentasi dan disimpan selama dua tahun meningkat kandungan glutamat bebasnya menjadi 1680mg/100 sebagai Keju Parmegiana Regiano.

Bumbu Masak Tradisional Glutamat bebas, mg/100g
Kecap Ikan Vietnam 1370
Kecap Ikan Thailand 950
Kecap Asin/Cina 926
Saos Tiram 950
Terasi Segar Indonesia 1199
Keju Parmegiana Regiano 1680
Keju Chedar 182

Melalui pelacakan kadar glutamat dalam tubuh yaitu dengan studi radioisotope/bioassay terhadap seseorang berberat badan 70 kg, ternyata tubuh manusia menyimpan glutamat dalam jumlah besar, yaitu 1400 g glutamate bebas dan terikat yang tersimpan dalam berbagai organ tubuh. Dari studi yang sama ternyata tubuh juga harus memproduksi 41 g glutamate bebas setiap hari untuk berbagai proses metabolisme. Jumlah glutamat bebas ini jauh lebih tinggi dari total glutamat yang dikonsumsi oleh manusia (hasil survey terhadap makanan orang Jepang) sebesar 16g orang per hari.

Di dalam tubuh kita, glutamate dari makanan sebagian besar akan dimetabolisme dan digunakan sebagai sumber energi usus halus. Glutamat ini juga berfungsi untuk pembentukan asam amino lain seperti gluthation, arginin dan proline (Peter J. Reeds et.al.,2000). Jadi sama sekali tidak beralasan anggapan sebagian orang bahwa konsumsi glutamat setiap hari akan menyebabkannya terakumulasi.

Contoh Produk yang Mengandung MSG

Makanan ringan Kadar msg
Taro Snack rasa rumput laut 0,62 %
Smax rasa ayam 0,57 %
Chiki rasa keju 0,76 %
Chitato rasa sapi panggang 1,06 %
Cheetos 1,20 %
Anak mas rasa keju 0,52 %
Golden Horn rasa keju 0,46 %
Happytos torpilachips 0,71 %
Zetz rasa ayam bumbu mamamai 0,50 %
Twistko rasa jagung barbeque 1,59 %
Double Decker Snack rasa ayam 0,48 %
Twistee corn 0,47 %
Gemez rasa ayam panggang 0,59 %

artikel berhubungan : efek MSG untuk kesehatan


Syifa Fatasyaa ; Marina Chaerianisa ; Heni Utari ; Marlita Oktaria

Farmasi UNISBA

Efek MSG terhadap Kesehatan

Glutamat memiliki peranan fisiologis penting pada tubuh yaitu melalui reseptor yang terdapat pada lidah dan lambung, glutamat dari makanan akan menstimulasi otak untuk mendorong lambung dan pankreas memproduksi cairan pencernaan. Akibatnya pencernaan menjadi lebih lancar dan tubuh akan mendapatkan unsur-unsur nutrisi yang diperlukannya setiap hari (A.M. San Gabriel, T. Maekawa, H. Uneyama, S. Yoshie and K. Torii, 2007).

Agar berfungsi dengan baik, otak memerlukan glutamat sebagai neurotransmitter yaitu pembawa pesan dari satu sel syaraf ke sel syaraf lainnya. Otak menghasilkan sendiri glutamat yang diperlukannya dalam jumlah besar. Glutamat dari makanan tidak dapat masuk ke otak akibat mekanisme perlindungan otak yaitu sawar otak.

Melalui uji klinis telah dibuktikan, bahwa makanan yang enak karena glutamat, baik dari makanan itu sendiri maupun dari MSG, merangsang produksi cairan pencernaan sehingga daya cerna makanan menjadi lebih baik. Selain itu, glutamat didalam usus halus berfungsi sebagai sumber tenaga bagi absorpsi unsur-unsur nutrisi kedalam darah. Glutamat memainkan peranan sentral dalam berbagai metabolisme tubuh, antara lain sebagai unsur perantara metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.

MSG tidak masuk ke dalam plasenta dan tidak dapat mencapai janin yang sedang tumbuh, namun apabila si bayi telah disusui, MSG dapat dimetabolisir. Chinese Restaurant Syndrom (CRS) mula-mula diungkapkan pertama kali oleh Dr. Ho Man Kwok (1969) yaitu suatu gejala yang timbul kira-kira 20-30 menit setelah mengonsumsi pangan yang dihidangkan di restaurant Cina. Gejala CRS yang diungkapkan adalah sebagai berikut. Orang tersebut merasakan kesemutan pada punggung, leher, rahang bawah, serta leher bagian bawah kemudian berasa panas, di samping gejala lain seperti wajah berkeringat, sesak dada bagian bawah, dan kepala pusing. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan waktu itu disimpulkan bahwa sebab utama timbulnya gejala tersebut diakibatkan MSG yang terdapat pada sup.

Kadar MSG yang ada dalam sup memang biasanya relative sangat tinggi, ditambah lagi kenyataan bahwa sup selalu dihidangkan paling awal dan dikonsumsi sewaktu perut masih kosong atau lapar, sehingga MSG dapat dengan cepat terserap ke dalam darah yang kemudian dapat menyebabkan gejala CRS. Dari penelitian selanjutnya, khususnya analisis terhadap kadar MSG dalam serum darah pasien, ternyata glutamat bukan merupakan senyawa penyebab yang efektif terhadap terjadinya gejala CRS, tetapi diperkirakan gejala tersebut timbul karena adanya senyawa hasil metabolit glutamat seperti GABA (Gamma Amino Butiryc Acid), serotin, bahkan histamin.

MSG dapat mengakibatkan hipertensi. Dari rumus molekulnya maupun analisa laboratorium kita bisa mengetahui kadar natrium dalam MSG, yaitu 12%. Sementara itu garam mengandung 40% natrium atau tiga kali lebih tinggi. Berdasarkan banyak uji rasa yang telah dibuktikan, kadar natrium dalam makanan bisa kita kurangi hingga 40% dengan menambahkan sedikit MSG tanpa mengurangi rasa enak.

Rasa enak yang ditimbulkan oleh MSG dituduh sebagai penyebab penggunaan MSG yang berlebihan. Sama seperti pemakaian garam, pemakaian MSG memiliki dosis optimum yaitu 0.2-0.8% dari volume makanan. Penggunaan MSG lebih tinggi dari dosis optimum ini dapat mengurangi rasa enak makanan dimana kita umumnya tidak menginginkannya. Tentu saja pabrik maupun penjaja makanan tidak akan pernah membuat makanannya tidak enak dengan menambahkan MSG diluar batas karena ini sama artinya mereka membunuh usaha mereka sendiri

MSG menyebabkan kerusakan otak didasarkan pada penelitian dimana mencit (bayi tikus) diberikan MSG dosis sangat tinggi yaitu 0.5-4.0g/kg berat badan atau setara dengan 30-240g pada manusia berberat badan 60kg. MSG dosis sangat tinggi ini disuntikan ke mencit. Kita menikmati makanan yang ditambahkan MSG, misalnya bakso, dalam dosis rendah (0.2-0.8% dari volume makanan) dan melalui saluran pencernaan, bukan dengan dosis dan cara yang tidak wajar seperti pada penelitian tersebut.

MSG disimpulkan menyebabkan kanker dari hasil penelitian-penelitian pada tikus. Padahal pada penelitian-penelitian tersebut daging dan MSG yang diberikan pada tikus dibakar pada temperatur sangat tinggi hingga 600 derajat celcius. Makanan yang dimasak pada temperatur ekstrim tinggi ini dengan mudah berubah menjadi arang. Kita umumnya tidak suka makan arang. Pada salah satu penelitian tersebut, tikus-tikus menderita kanker pada usia mereka yang lanjut. Padahal pada manusia, prevalensi kanker jauh lebih tinggi pada usia lanjut dari pada usia muda, sehingga usia tua adalah sangat nyata hubungannya dengan kanker bukan MSG.

Syifa Fatasyaa ; Marina Chaerianisa ; Heni Utari ; Marlita Oktaria

Farmasi UNISBA